Setelah Lama Terlupakan, Sungai Desa Patai Kembali Mengalir Berkat Normalisasi oleh Kades Hendrik

|
<p>Tampak Kades Patai, Hendrik K. Sedang memantau Excavator melakukan pengerukan di sungai Desa Patai. </p>

Tampak Kades Patai, Hendrik K. Sedang memantau Excavator melakukan pengerukan di sungai Desa Patai. 


TINTABORNEO.COM, Sampit – Setelah bertahun-tahun tertutup oleh semak belukar dan sedimentasi, Sungai Patai yang terletak di Desa Patai, Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) akhirnya mendapat perhatian dengan dilakukan normalisasi. Akses sungai yang sebelumnya terhambat kini telah kembali terbuka, membawa harapan baru bagi masyarakat sekitar.

Kepala Desa Patai, Hendrik K., menyampaikan rasa syukurnya atas terealisasinya kegiatan normalisasi sungai yang selama ini nyaris tidak tersentuh. Menurutnya, kondisi sungai yang tertutup menyebabkan berbagai aktivitas masyarakat terhambat, terutama yang bergantung pada akses sungai sebagai jalur transportasi utama.

“Alhamdulillah, sekarang akses sungai sudah terbuka kembali. Warga bisa beraktivitas lagi seperti biasa, terutama untuk mengangkut hasil kebun seperti karet, rotan, dan tanaman lainnya,” kata Hendrik, Minggu (9/4/2025).

Tak hanya itu, dibukanya kembali jalur sungai juga memberi dampak positif terhadap ketersediaan sumber daya perairan. Warga kini kembali bisa menangkap ikan segar dari sungai yang sebelumnya sulit diakses.

“Isi sungai pun sekarang bisa dimanfaatkan lagi. Ikan-ikan sudah bisa ditangkap, dan ini sangat membantu masyarakat yang selama ini kesulitan karena akses sungai tertutup,” tambahnya.

Normalisasi Sungai Patai sendiri dilakukan sepanjang kurang lebih dua kilometer. Proyek ini menjadi angin segar bagi warga Desa Patai yang sebagian besar menggantungkan kehidupan mereka pada hasil bumi dan sungai. 

Sungai Patai selama ini merupakan salah satu jalur penting bagi masyarakat desa dalam mengangkut hasil perkebunan dan mencari ikan. Namun, akibat tidak adanya perawatan selama bertahun-tahun, aliran sungai mengalami pendangkalan dan tertutup oleh semak, yang pada akhirnya membuat mobilitas masyarakat terhambat.

Hendrik pun berharap ke depan akan ada perhatian lanjutan dari pemerintah daerah terhadap kondisi infrastruktur desa, khususnya yang berkaitan dengan transportasi sungai dan jalan penghubung antar desa.

“Ini langkah awal yang luar biasa. Kami harap normalisasi bisa terus dilanjutkan, bukan hanya di Sungai Patai, tapi juga sungai-sungai lain yang menjadi urat nadi kehidupan masyarakat di desa,” pungkasnya.

Dengan normalisasi ini, warga Desa Patai menyambut perubahan positif yang telah lama mereka nantikan, dan berharap agar dukungan terhadap pembangunan desa dapat terus ditingkatkan. (li)