Seorang Pria di Parenggean Ditemukan Tewas Gantung Diri, Diduga Depresi
![<p>Korban gantung diri di Kecamatan Parenggean, Senin, (10/2/2025).</p>](/cdn-cgi/image/width=956,height=856,format=png/https://www.tintaborneo.com/app/uploads/2025/02/IMG_20250212_140515.jpg)
Korban gantung diri di Kecamatan Parenggean, Senin, (10/2/2025).
TINTABORNEO.COM, Sampit – Seorang pria berinisial APS (25), warga asal Pacitan, Jawa Timur, ditemukan tewas dalam kondisi tergantung di sebuah kios optik di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Provinsi Kalimantan Tengah. Insiden tersebut terjadi pada Senin,(10/2) sekitar pukul 15.00 WIB.
Kapolres Kotim, AKBP Resky Maulana Zulkarnain melalui Kapolsek Parenggean AKP Rahmad Tuah membenarkan kejadian tersebut. Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, korban diduga mengakhiri hidupnya sendiri akibat depresi setelah kehilangan sang ayah yang meninggal dunia pada (21/1/2025).
“Menurut dugaan dan kisaran suara masyarakat sekitar tempat tinggal korban kemungkinan penyebab korban gantung diri karena masih shock atau depresi karena ditinggal orang tua (Ayah korban),” ucap Kapolsek. Selasa (11/2/2025).
Berdasarkan keterangan saksi, yang merupakan adik korban, awalnya mereka sedang berada di dalam rumah ketika SM meminta DH untuk memanggil kakaknya yang berada di kios optik di depan rumah.
“Yang meninggal merupakan kakak tertua,” terangnya.
Saat tiba di kios,DH terkejut melihat korban sudah dalam kondisi tergantung dengan seutas tali yang diikatkan ke kayu kasau atap di ruang depan kamar. Korban ditemukan tidak bernyawa. Panik dengan kejadian tersebut, DH segera meminta bantuan warga sekitar.
Tak lama berselang, informasi mengenai insiden ini dilaporkan ke Linmas Stempat, yang kemudian meneruskan laporan ke Polsek Parenggean.
“Setelah menerima laporan, anggota saya langsung, segera mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan melakukan sejumlah tindakan, antara lain. Memasang police line di lokasi kejadian, mengumpulkan keterangan saksi serta mengevakuasi korban ke RSUD pertama parenggean untuk dilakukan visum et repertum,” jelasnya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter di RSUD Pratama Parenggean, korban dinyatakan murni bunuh diri, dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuhnya.
Ia menjelaskan bahwa dari hasil penyelidikan awal dan keterangan warga sekitar, korban diketahui baru tiba di Parenggean pada 22 Januari 2025, sehari setelah ayahnya meninggal dunia.
“Masyarakat sekitar menduga korban masih mengalami shock atau depresi berat karena kehilangan ayahnya. Dugaan ini diperkuat dengan keterangan keluarganya yang menyatakan bahwa korban terlihat murung dan sering menyendiri setelah tiba di Parenggean. Pihak keluarga, terutama kedua adiknya, telah menerima kejadian ini sebagai musibah dan menolak adanya autopsi lebih lanjut,” ungkapnya. (li)