Kemunculan Orangutan Meresahkan Petani di Desa Kandan
![<p>Petugas BKSDA saat melakukan observasi lokasi ditemukan orang utan. </p>](/cdn-cgi/image/width=720,height=399,format=png/https://www.tintaborneo.com/app/uploads/2025/02/BKSDA-Resort-Sampit-saat-mengobservasi-ke-lokasi-kemunculan-orangutan-di-Desa-Kandan-Kecamatan-Kota-Besi-Kabupaten-Kotawaringin-Timur-720x399-1.jpg)
Petugas BKSDA saat melakukan observasi lokasi ditemukan orang utan.
TINTABORNEO.COM, Sampit –Warga Desa Kandan, Kecamatan Kota Besi, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), mulai merasa khawatir dengan kehadiran tiga ekor orangutan yang kerap muncul di area perkebunan kelapa sawit mereka. Tiga individu orangutan tersebut terdiri dari induk, anak, dan seekor pejantan yang diduga mencari makanan di sekitar perkebunan.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit, Muriansyah, mengonfirmasi adanya laporan warga terkait kemunculan satwa dilindungi tersebut.
“Masyarakat sudah beberapa kali melihat orangutan di sekitar kebun mereka, terakhir kali terlihat tiga hari yang lalu,” ujar Muriansyah, Senin (10/2/2025).
Menanggapi laporan itu, tim BKSDA melakukan observasi di lokasi pada Minggu (8/2/2025). Dari hasil pemeriksaan, ditemukan lima sarang lama yang menunjukkan bahwa orangutan sering berada di area tersebut.
“Saat tim tiba di lokasi, orangutan tidak ditemukan. Kami hanya menemukan lima sarang lama, yang menandakan bahwa satwa ini memang sering berada di area tersebut,” bebernya.
Pelapor bernama Jarwono dan anaknya menjelaskan bahwa orangutan ini tidak merusak pohon sawit yang sudah besar. Namun, mereka lebih sering mengonsumsi tanaman sawit yang masih muda di kebun milik warga lain.
Akses menuju lokasi juga cukup sulit karena dipenuhi semak belukar serta perkebunan kelapa sawit dan karet. Tim BKSDA harus menggunakan kendaraan roda dua dan mobil sebelum melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
Muriansyah mengimbau warga agar tidak melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang utan, seperti mendekati atau mencoba mengusir dengan cara yang agresif.
“Kami meminta masyarakat tidak memberi makan atau mengganggu satwa ini. Saat ini, kami masih memantau situasi dan mempertimbangkan langkah yang diperlukan untuk menangani keberadaan orangutan tersebut,” pungkasnya. (li)