Harga Cabai Tidak Stabil, Begini Ungkapan Petani Lokal

Pertanian cabai di Desa Ekabahurui, Kecamatan MB Ketapang Sampit
TINTABORNEO.COM, Sampit – Harga cabai di tingkat petani di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) tidak stabil. Kondisi ini membuat petani kesusahan dalam mematok harga jika di beli oleh tengkulak.
Misiran seorang petani lokal khususnya cabai dengan dua jenis yaitu cabai rawit dan cabai keriting memilih jual sendiri kepasar dari pada ke tengkulak, namun ada juga yang ke tengkulak jika harganya sesuai.
“Soalnya kalau di jual ke tengkulak itu kan beda harganya sama dijual kepasar langsung. Kalau di ambil tengkulak di kebun misalnya Rp50 ribu per kilo itu kan jualan pasarnya lebih dari itu,” ungkap Misiran pada Rabu, (12/2/2025).
Ketidakstabilan harga cabai membuat pendapatan petani juga tidak menentu dan kesusahan dalam mendapatkan hasil jual yang maksimal.
“Kalau sekarang disini bukan lagi tiap minggu harganya naik turun, setiap harinya cabai ini bisa naik turun, bahkan setiap petani itu bisa berbeda harga,” ujarnya.
Kesusahan yang di alami petani lokal bisa dari berbagai aspek mulai dari cuaca, tenaga kerja, hingga menentukan harga jual. (and)