Pemkab Kotim Nilai Pembangunan Jalan Harus Diprioritaskan Sebelum Membangun Jembatan Mentaya 

|
<p>Pjs Bupati Kotim, Shalahuddin saat diwawancarai awak media</p>

Pjs Bupati Kotim, Shalahuddin saat diwawancarai awak media


TINTABORNEO, Sampit – Rencana pembangunan Jembatan Mentaya mengalami evaluasi atau perubahan. Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menilai, sebelum dibangunnya jembatan akan diprioritaskan pembangunan infrastruktur jalan yang ada di wilayah seberang terlebih dahulu. 

“Awalnya kita ingin membangun Jembatan Mentaya, tapi saya melihat dahulu segi prioritasnya atau bahasa teknisnya itu Eligible. Eligible itu bisa dibangun tidak, dan yang mana lebih prioritas,” kata Pjs Bupati Kotim, Shalahuddin, Kamis (3/10).

Diketahui, rencana pembangunan Jembatan Mentaya tersebut kembali mencuat pada 2024, yang mana Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng), Sugianto Sabran meminta agar proyek pembangunan jembatan itu bisa terlaksanakan. 

Shalahuddin yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kalteng mendapat mandat dari gubernur untuk menindaklanjuti rencana tersebut.

Namun, setelah dilakukan evaluasi bersama sejumlah dinas terkait serta banyaknya masukan dari kepala desa (kades), pihaknya menilai saat ini pembangunan jalan di wilayah seberang justru lebih diperlukan dibandingkan dengan pembangunan jembatan.

“Kemarin saya rapat dengan Bapeda, Dinas PU dan terakhir saya meminta masukan dengan kades-kades, ternyata yang lebih Eligible atau yang lebih menguntungkan dan prioritas itu adalah jalan wilayah seberang yaitu dari Cempaka Mulai sampai dengan Pagatan dengan panjang 125 Km,” ungkapnya. 

Sehubungan dengan pembangunan jalan tersebut, ia berharap status jalan yang menjadi kewenangan kabupaten bisa dialihkan menjadi kewenangan provinsi, sehingga pihaknya bisa sepenuhnya fokus dalam melakukan pembangunan jalan itu. 

“Kalau kita langsung bangun jembatan dulu, sedangkan wilayah seberang itukan belum ada jalannya, jadi fokus utama kita bangun jalannya dulu sesuai dengan masukan. Bahkan, saya mengusulkan jalan kabupaten itu kita ambil menjadi jalan provinsi, sehingga kita lebih fokus dalam membangunnya,” jelasnya. 

Selanjutnya, untuk estimasi biaya pembangunan dengan panjang ruas jalan kurang lebih 125 kilometer itu sekitar Rp 800 miliar, termasuk pembangunan jembatannya kurang lebih lima sampai sembilan titik.

“Sementara, anggaran tersebut jauh lebih sedikit dibanding estimasi anggaran pembangunan Jembatan Mentaya yang berkisar Rp 1,5 triliun hingga Rp 1,8 triliun,” terangnya. 

Lebih lanjut, Shalahuddin menegaskan rencana pembangunan Jembatan Mentaya tetap akan dilaksanakan. Hanya saja, urutan pembangunannya yang diubah dengan memprioritaskan pembangunan jalan terlebih dahulu yang berdasarkan skala kebutuhan masyarakat. 

“Pembangunan jembatan akan tetap dilaksanakan, tapi kita prioritaskan jalan dulu. Karena jalan ini menghubungkan beberapa desa di sana,” tandasnya. (ri)