Pemkab Kotim Ajak Semua Pihak Ikut Melakukan Percepatan Penurunan Stunting Secara Konvergensi

|

SAMPIT – Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) dalam hal ini diwakilkan oleh Kepala Bagian Ekonomi dan Sumber Daya Alam Setda Kotim, Rudi Kamislam resmi membuka acara rembuk stunting di Kotim tahun 2024, di Aula Sei Bapperida Kotim. 

Dalam sambutan, Rudi mengungkapkan bahwa berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dari Kementerian Kesehatan RI pada 2022 angka prevalensi stunting di Kotim sebesar  27,9 persen. Dan berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 angka prevalensi stunting naik manjadi 35,5 persen. 

“Hal ini harus menjadi perhatian kita semua pihak untuk lebih bersungguh-sungguh menjalankan program penurunan stunting ini. Fokus pada intervensi yang mempunyai daya ungkit bagi penurunan stunting, karena kita hanya mempunyai waktu kurang lebih 6 bulan sedangkan target yang harus diturunkan masih cukup tinggi,” ujar Rudi, (7/5). 

Sedangkan, mengacu pada data Elektronik Pencatatan Dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotim, jumlah balita pendek dan sangat pendek di Kotim sebanyak 1.943 anak (stunting) atau 18,5 persen dari total 10.526 balita yang diukur pada bulan timbang Desember 2023.

“Kalau dilihat dari Pendataan Keluarga tahun 2023 (PK.23), jumlah keluarga beresiko stunting sebanyak 20.319 keluarga atau 36,51 persen dari total 55.646 jumlah keluarga sasaran,” ungkapnya. 

Lanjutnya, apabila dilihat lebih dalam masih banyak kasus stunting baru terjadi pada usia dibawah 2 tahun yaitu saat bayi baru lahir dan pada usia 12-23 bulan. 

“Masa itu ditentukan oleh mutu kehamilan, asi ekslusif, makanan pendamping asi, imunisasi lengkap, akses sanitasi dan air bersih, serta deteksi dini masalah gizi dan intervensinya melalui pemantauan pertumbuhan bulanan di posyandu,” jelasnya. 

Melalui rembuk stunting ini, dirinya berharap akan dapat menghasilkan inovasi program dan kegiatan dalam penanganan stunting di Kotim, dimana salah satunya adalah kegiatan grebek stunting yang telah dilaksanakan pada bulan desember 2023 berupa pemberian susu dan telur kepada 2.167 anak balita.

“Penyelesaian masalah stunting tentunya tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu yang singkat, oleh sebab itu perlu adanya komitmen bersama agar penanganan masalah ini dilakukan terus menerus dan berkelanjutan,” ujarnya. 

Lebih lanjut, semua pihak juga diharapkan bisa membangun sinergi, baik itu masyarakat, swasta, organisasi non pemerintah, dunia usaha dan perguruan tinggi untuk terus melakukan percepatan penurunan stunting secara konvergensi dan pendekatan keluarga agar dapat menciptakan generasi sehat, cerdas dan unggul. (ri)