Kotim Miliki Ciri Khas Berbagai Macam Latar Belakang Etnik, Ras dan Suku

|

TINTABORNEO, Sampit – Wakil Bupati Kotawaringin Timur (Kotim), Irawati hadiri acara halal bihalal Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Kabupaten Kotim, di Aula Islamic Center, Minggu (5/5). 

Irawati mengatakan acara ini tidak hanya memiliki makna bermaaf-maafan dalam suasana hari raya idul fitri atau yang biasa dikenal dengan syawalan. Akan tetapi dalam konteks kedaerahan, silaturrahmi halal bihalal ini memiliki nilai strategis bagi Pemkab Kotim. 

“Melalui kegiatan ini menjadi media komunikasi untuk merekatkan hubungan pemerintah daerah dengan warga perantau asal Sulawesi Selatan (Sulsel) yang ada di Kotim,” kata Irawati. 

KKSS sebagai organisasi paguyuban memiliki arti penting sebagai simpul sosial yang menguatkan untuk silaturrahmi dan saling bersinergi dalam masyarakat dan pemerintah daerah. Keterbatasan pemerintah daerah untuk menjangkau dan menyapa warga perantau Sulsel di Kotim ini dapat terjembatani dengan adanya KKSS ini.

“Tentu pemerintah daerah sangat mengucapkan terimakasih dengan hadir dan aktifnya paguyuban KKSS di Kotim ini dengan baik,” ucapnya. 

Kehadiran warga perantau Sulsel di Kotim memiliki peran yang tidak dapat dikecilkan dalam pembangunan daerah, khususnya dalam bidang pertanian. Maka dari itu, di Kotim dikenal ada kampung bugis, di desa Bapeang, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan kampung bugis desa Lampuyang, Kecamatan Teluk Sampit.

“Disamping bidang pertanian persebaran warga Sulsel juga hampir dirasakan di semua sektor. Mulai dari pemerintahan, dunia usaha, pendidikan dan banyak juga di perkebunan besar kelapa sawit dan lain sebagainya. Ini juga menunjukkan kontribusi warga KKSS dalam proses pembangunan di Kotim,” ungkapnya. 

Hal itu juga, menunjukan Kotim menjadi daerah yang terbuka bagi siapa saja yang ingin berkarya di sini. Dan ini telah menjadi ciri khas Kotim sebagai Kabupaten yang sangat plural dengan berbagai macam latar belakang etnik, ras dan suku yang ada di Kotim.

“Ini menjadi potensi yang positif bagi Kotim, untuk bisa saling berkolaborasi dan bersinergi dalam pelaksanaan pembangunan, karena bagaimanapun biasanya perantau biasa memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi, sehingga ini menjadi modal dasar untuk kita melaksanakan pembangunan,” tandasnya.